Thursday, March 31, 2016

Battle of Nudes! First Strike : Purbasari Lipstick Color Matte (Review)

HAAAIII Semua!!!

Dalam beberapa minggu ini saya menyoroti lipstick warna nude gitu, sejak pakai Mineral Botanica SMLC yang reviewnya bisa dicek disini serta trend matte lipstick saya jadi penasaran nyobain matte lipstick warna nude merk lain.

Dan kali ini saya mau bahas lipstick nude pertama yang saya review yaitu Purbasari Lipstick Color Matte. Saya pertama tau produk ini dari Rachel Goddard, seorang beauty vlogger yang saya kagumi dan menginspirasi saya menjadi beauty blogger meskipun kulit saya ini nggak putih bening, alias Indo banget.

Anyway, pas saya liat swatch nya kok cakeeepp bangeeet kakaakkk....
Apalagi pas yang shade nudenya dipake di kulit dia yang tan, keliatan eksotis dan pas gitoooh...

Akhirnya saya memutuskan untuk membeli (meski masih agak takjub karena saya kira Purbasari itu cuma ngeluarin skincare aja, ternyata juga ada makeupnya) secara online meski butuh perjuangan karena banyak yang sold out. But this is it....




penampakannya




shade 81

Dari segi packaging sebenarnya simpel ya, dan menurutku kok kayak lipsticknya emak-emak di pasar, kurang gimana gitu. Dan saya agak takut nanti bisa patah soalnya agak ringkih packagingnya

Dan jelas terlihat si Purbasari ini mengklaim produknya 'ringan dan tahan lama.' Hmm... we'll see....






Lipstick ini ringan dan lebih kecil dari yang saya duga, isinya juga kurang banyak sih melihat ukurannya yang kecil. Makanya saya agak gak rela gitu barang lokal kecil di olshop ada yang jual sampai 50k padahal aslinya sih 30k an, mungkin karena banyak banget yang beli.



swatchnya

Shade yang saya pilih adalah shade 81 alias Diamond, warnanya beige dengan pink undertone. Lipstick sifatnya langsung matte, jadi gak usah menunggu beberapa menit, dan sekali oles sudah keliatan warnanya, cakep beneer. Untuk baunya sendiri saya langsung inget penghapus warna pink-biru jaman SD yang harum itu, tau kan yang kenyal dan kalau dibuat menghapus langsung berkurang banyak, tapi beberapa orang sih bilang baunya permen karet yosan.

Saat diaplikasikan di bibir nggak terasa berat, mulus jalannya serta di bibir itu ringan hampir kayak gak pakai lipstick.


maafkan bulu halus di wajah saya, jadi harus saya blur biar gak ganggu 

Di gambar atas saya tidak memakai concealer, bisa diliat kan bibir saya nggak pink manja kayak artis Korea, tapi pigmented, jadi saat saya pakai si Purbasari ini jatohnya lebih ke pink daripada beige.

Staying powernya gimana cyiin? Oke banget XD

Saya pakai sejak kuliah jam setengah 8 pagi, terus ngemil-ngemil gorengan, terus snack, makan bakso lagi (jangan ditanya itu perut muat ngga, muat kok XD)

DAN MASIH ADA WARNANYA


maafkan wajah saya
Itu foto diambil saat mau makan bakso, bedaknya boleh luntur, tapi lipsticknya masih tahannn


abis makan bakso
Terus yang itu pas jam 4 sore, udah makan bakso, maaf burem. Lipstick ini juga nggak bikin kering, tapi, kalau misal bibir asalnya kering atau pecah-pecah lebih baik skip produk ini, karena yang saya perhatikan dia bikin garis bibir saya lebih tegas, jadi kalau bibir kering hasilnya bakal jelek menurut saya.

What I like
- Affordable
- Warnanya cakep
- Pigmented
- Long lasting

What I don't like
- Packagingnya kurang menarik dan ringkih
- Mempertegas garis bibir
- Isinya dikit XD

4,5/5

Overall, love love sama si Purbasari ini! Repurchase

Thanks for sticking up with my review, comment below so I know what you think!

Wednesday, March 23, 2016

Chemical or Organic? Jelly's Pure Soap and The Bath Box Goat's Don't Lie Liquid Soap Review

Haaaiii semuaaa!!


Setelah saya curhat tentang rambut pada post disini, kali ini saya akan curhat soal kulit!!

Saya akui kalau kulit saya sama sekali nggak perfect, karena : saya gak suka sayur, saya jarang makan buah, dan saya suka cobain produk pemutih.



Seperti yang sampai sekarang masih booming, yaitu Thailand skincare product yang di klaim dapat memutihkan kulit. Ada bejibun merk dan produk yang pake embel-embel diproduksi di Thailand tapi semuanya berfungsi sama, yaitu biar pemakainya jadi putih.



Kandungan yang paling terkenal dipakai sekarang adalah glutathione. Nah, karena saya pengen tuh punya kulit putih ala banci Thailand saya akhirnya mencoba produk Jelly's Pure Soap.



penampakannya

Jelly's pure soap ini lumayan terkenal sama seperti Gluta Pure Soap, dan dapat dibeli di online shop. Harganya sih sekitar 45-65 ribu rupiah.

Kesan pertamanya yaitu... Girly bangeet!! Kotaknya pink dengan hiasan Cupcake dan Macaron Serta di tengahnya ada nama produk yang ditulis dengan huruf latin dan Hangul.





Pada waktu dibuka ternyata bentuknya cute bangettt!!! Warnanya juga enak, belum pernah saya mengetahui bau seperti itu, tapi yang pasti baunya sweet dan seperti susu. Ukurannya sih lumayan.

Bagaimana dengan kegunaannya? Sabun ini sayangnya cepat lumer bila terkena air, dan saya perhatikan kulit saya jadi kering setelah pakai ini. 





Gambar yang atas pada saat sebelum memakai sabun ini, sedangkan gambar yang bawah setelah sebulan memakai, tidak begitu terlihat hasilnya kan ^^

Dan satu lagi... saya mengalami alergi saat memakai ini, tiba-tiba ada benjolah seperti di gigit nyamuk dan gatal sekali, dan tidak mau hilang sampai akhirnya saya garuk sampai lecet, padahal saya masih punya satu bungkus lagi, tapi setelah sebulan sabunnya habis dan saya tidak mau pakai lagi .


What I like :

- The scent!!
- Cute packaging
- Busanya banyak

What I don't like :

- Doesn't suit for sensitive skin
- Membuat kulit kering
- Cepat lumer bila terkena air
- Gak cocok di saya :(

2/5

OKEEE ITU PENGALAMAN SAYA PAKAI JELLY'S PURE SOAP


Karena saya kena alergi saya ingin memakai sabun yang bisa nyembuhin alergi saya, dan akhirnya saya intip di IG sebuah seller yang biasanya menjual sabun organik, yaitu The Bath Box.

Setelah saya chat sellernya, saya dianjurkan untuk memakai Goats Don't Lie Liquid Soap yang plain.





Produk ini mengklaim menggunakan bahan alami yang detergent free, paraben free, serta memiliki kandungan susu domba yang dapat mengatasi iritasi, eczema, gatal-gatal, dan baik juga untuk ibu hamil, menyusui dan bayi.


Saya membeli yang isi 500ml pada awalnya, tapi kata sellernya habis tinggal yang 250ml, jadilah saya beli dua. Packagingnya Goats Don't Lie ini berbentuk pump, jadi bisa diatur mau ambil seberapa. ^^



Saya suka dengan desainnya yang simpel tapi terlihat mahal, padahal The Bath Box ini masih termasuk usaha rumahan yang baru didistribusikan lewat online. Stikernya berwarna hitam dengan tulisan berwarna putih dan coklat muda, logo dari The Bath Box sendiri bergambar bathtub, lucuuuu.






Tekstur dari sabun cair ini watery banget, tidak berbau, dan karena detergent free jadi tidak ada busanya :(

Bagaimana setelah saya memakainya? Hal yang saya perhatikan adalah kulit saya menjadi lebih lembab dan lembut!! Gatalnya sudah mulai berkurang, sayangnya sabun ini termasuk boros, mungkin satu bulan sudah habis.



What I like :
- Natural ingredients
- Bikin kulit lembab dan lembut
- Cocok untuk kulit sensitif
- Menyembuhkan alergi


What I don't like :

- Tidak berbusa
- Tidak berbau
- Cepat habis


4/5




Itu adalah pengalaman saya memakai Goats Don't lie, selain yang plain, mereka mempunyai beberapa varian untuk sabun, body oil, scrub, maupun bath bomb! Saya sendiri tertarik yang varian Bourbon nya, katanya sih bisa menyembuhkan bekas luka di kulit.




Thanks for sticking up with my review, comment below so I know what you think, see you!!! :D

Saturday, March 19, 2016

My Personal Experience with Hair Bleaching + Coloring

Haiiii semuuaa!!!

Dengan saya disini, kali ini saya tidak akan membahas review (maybe) tapi sekedar sharing pengalaman dalam mewarnai rambut XD

Saya adalah cewek yang teracuni fancy hair color seperti cewek-cewek di Instagram, tau kan tren rainbow hair? Galaxy hair? Ombre hair? dan hair hair lainnya....


Dulu saya coba browsing tentang caranya bisa mendapatkan rambut seperti itu dan omigad ternyata mehong sekali cyinn! Dan gak semua salon bisa melakukannya, apalagi yah... ini Indo gitu yang paling-paling emak-emak minta semir warna merah atau pirang. Jadilah harapan saya pupus punya rambut fancy.

Sampai saya bekerja ada 2 tahun, tiba-tiba keinginan buat punya rambut gonjreng datang kembali. Kali ini saya menargetkan punya rambut ombre, but with unusual color.

Dengan keinginan yang menggebu-gebu saya meluncur ke salon dekat rumah, FYI, salon ini mungkin di pinggir jalan tapi terbilang bagus buat kelas low end, saya pikir dapat menekan cost dengan hasil yang lumayan lah, gak berharap sebagus di IG sih.

Sampai disanaaa, mbaknya nanya saya mau warna apa, saya langsung berpikir cepat dan ngomong... UNGU!!!

Bukannya saya penggemar ungu, tapi itu warna yang terlihat ngejreng tapi masih relatif "wajar" lah buat orang-orang.


Mbaknya menyarankan saya di bleaching ujung rambutnya biar keluar warnanya. Saya sebenarnya tidak ingin di bleaching karena kabarnya bikin rambut rusak, tapi saya pernah melakukan toning hitam jadi akan susah sekali warna lain masuk tanpa di bleach dulu. Dengan sedikit was-was saya iyain aja, dan akhirnya.... SAYA PUNYA RAMBUT UNGU!! FELT SO COOL!!! XD

Saya punya foto ketika saya berambut ungu ini



disini g bgitu ungu, kena epek kamera hihihi


Dan yak, sejak saat itu saya ketagihan mewarnai ombre, dari ungu ke hijau, terus ombre biru, abu-abu, terus oranye.

Saya tidak punya foto saat ombre hijau dan oranye, kalau yang biru sama abu-abu ada sih...


di poto ini saya mengecet rambut atas coklat dan bawah biru, tidak terlihat ya ;_;

Abu-abu, kalau di real terlihat kehijauan, mungkin karena saya pernah cat hijau, dan FYI hijau itu warnanya susah hilang.

Satu hal yang saya perhatikan setelah bleaching, rambut saya jadi kasaaar, astaga kasar sekalee. Mbaknya bilang kalau saya harus pakai vitamin rambut, saya akhirnya beli Ellips, pertama yang varian merah-item Keratin smooth, tapi setelah tau ada yang warna ungu khusus untuk membuat warna rambut lebih tahan lama saya beralih kesana.

Tapi tetap saja, kasaaarrrr dan patah-pataah!!


APAKAH SAYA KAPOK MEWARNAI SETELAH ITU?


TIDAK!!!!

Disinilah kebodohan saya terjadi XD

Saya memutuskan untuk mengecat seluruh rambut saya dengan warna yang tidak gonjreng tapi tetep bukan item (I dunno why I hate my black hair so much).

Saya memutuskan untuk pergi ke salon yang cukup terkenal di daerah saya, tempatnya ruko gitu sih, tapi cyiinn, salon ini terkenal berkualitas, mereka juga membuka toko yang isinya mulai dari perlengkapan salon sampai makeup.


Nah kembali ke cerita penghancuran pewarnaan rambut saya. Saya datang disambut dengan mbak-mbak dengan rambut hitam mengkilap ala iklan shampoo, setelah saya mengatakan niat saya dia berkata lebih baik memakai warna yang gelap dan di bleach karena meski warnanya gelap tapi akan tetep kliatan bukan item karena kena bleach.

Saya yang nggak berniat ngebleach lagi karena takut rusak menolak dan ingin ambil warna yang terang tapi tidak di bleach, jadi meskipun gagal tetep lah ada nyantol dikit.

Eh si mbak salonnya ngotot dan berkata yang bekas bleaching dulu tidak usah di bleaching lagi, yang atasnya saja, terus nanti baru ditimpa warna coklat tua.

Karena terus dibujuk maulah saya sambil was-was nanti bayar berapa, karena saya bawa uang pas buat mewarnai rambut saja tidak pakai bleach. Dan saya sebenarnya belom pernah keluar lebih dari 150 rb buat ngurusin rambut.

Berikut adalah saya yang sedang dianiaya dengan bleaching serta semirnya yang super panas di kulit kepala :



kiri : sebelum proses, kanan : saat proses

Saat nge-bleaching rambut atas saya, mbaknya juga ngebleach se kulit kepalanya! Saya bilang panas dan sakit, dianya ngotot katanya biar hasil bagus. Saya akhirnya cuma meratap pasrah, sampe kepala pusing kena bau serta sakitnya.

Belum selesai, setelah di keramasi, ternyata bleaching nya belom rata, dan harus diulangi lagi!!!! FYI cuma bagian poni yang masih gelap, yang lainnya sudah, jadilah setelah bleaching lagi (dengan bahan yang lebih keras supaya cepat!!!) akhirnya bagian kulit kepala saya putih dan terang sekali sedangkan bagian poni masih sedikit gelap.

Saya dalam kondisi lelah belum makan, lesu, kesakitan, hampir saja menangis dan pengen pingsan rasanya. Kepala  ini rasanya seperti sedang dikuliti oleh suku Indian di Amerika.

Bagian pengecatan juga begitu, karena kulit kepalanya lebih terang, jadi hasilnya juga tidak merata cokelat, di atas cokelat terang sekali, sampai pegawai salonnya bolak-balik memberi cat rambut cokelat tua biar sama dengan bagian ujung (catnya saya lirik sih merk L'oreal, dan itu panaas sekali)

Saya datang sekitar jam setengah satu dan pulang jam lima sore, rasanya saya pengen ngamuk saja dengan mbak salonnya, karena dia tidak memperhitungkan kenyamanan pelanggan dan terus mengatakan "biar hasilnya bagus dan rata."

Lega telah berhasil melewati my personal torture chamber, saya melihat hasilnya, mbaknya juga sempat mengeriting rambut saya.

berasa kayak wanita Eropa abad 18 dengan rambut keritingnya




Saya harus membayar 375.000 untuk bleaching + coloring, serta saya disarankan membeli conditioner serta vitamin rambut yang banyak untuk merawat rambut saya yang sekarang full bleaching ini. Total habis sekitar 400+.

Apakah saya puas dengan hasilnya? TIDAK. Karena saya ingin cokelat tua dan jadinya cokelat muda, bahkan jika terkena sinar matahari pacar saya bertanya, "Rambut kamu cat pirang tua ya? Kayak bule kesasar."

Aish, saya dongkol juga karena saya kulitnya nggak putih-putih amat, cokelat malah, dan diberi warna gini berasa kusem dan kayak cabe-cabean di perempatan. Apalagi saya perhatikan makin lama luntur jadi oranye....

Yang saya perhatikan juga setelah mengecat rambut saya kulit kepala saya terkelupas, saya rasa si karena kena panasnya bleaching itu. 


Saya yang agak takut dengan reaksi orang kampus nanti melihat ada bule nyasar (untung masih saat liburan), serta orang tua saya yang terkaget-kaget dengan anaknya pulang kok jadi kayak gini, dua minggu kemudian saya memutuskan untuk mencoba mewarnai lagi rambut saya dengan warna cokelat tua banget.

Saya pergi ke salon dekat rumah yang jarang saya coba, dan HASILNYA TETAP COKELAT MUDA! Orang salonnya menyarankan kalau memang pengen gelap lagi pakai item aja, saya pun menatap ibu nya dengan tatapan pengen nangis 'saya udah ngabisin banyak duit buat this damn bleaching hair dan sekarang ditutup hitam lagi kan kejam'.

Akhirnya diberi solusi untuk mengecet hitam dengan didiamkan sebentar banget, sekitar 10 menit. Katanya sih nanti warnanya gak begitu meresap, jadi kapan-kapan kalau mau cat warna lain gak usah ngabisin duit buat bleaching lagi.

Saking desperate nya saya setuju, dan akhirnya hitamlah rambut saya... phew.

Sudah sekitar 3 minggu rambut saya cat hitam, dan sekarang separo sudah luntur jadi cokelat lagi. Tapi bukan cokelat muda thank God, cokelat tua kayak highlight gitu.

Jujur saya kapok deh kayaknya ngecat rambut lagi, saya gak pengen beneran dihitamkan bukan karena pengen ngecet lagi, tapi karena "SAYA SUDAH KELUAR UANG BANYAK BUAT KEMAREN BLEACHING ITU MASAK YA SAYA HILANGKAN BEGITU SAJAA"

Biarlah saya melupakan childish dream buat punya rambut rainbow atau galaxy, memang yang paling bagus ya buatan Tuhan, mungkin saya memang harus mengalami proses seperti ini agar dapat menghargai yang Ia ciptakan.


YAK, itulah curhatan dan pergulatan saya dalam ngecat rambut. Thanks for sticking up with me, if you interested, comment below so I know what you think! See you ^^

Thursday, March 10, 2016

Pond's Overnight Pimple Care Gel Review




Hai semuuaaa.....

Sudah sekitar tiga minggu sejak post terakhir saya, truthfully, saya lagi malas update blog, but still...

Kali ini akan membahas tentang temannya Pond's Complete Solution Pimple and Cover Concealer yang pernah saya review disini.

Sebenarnya Pond's Complete solution ini terdiri dari facial wash, concealer, Care Gel, dan oil control cleansing wipes, bagi yang tertarik dengan line ini saya mendapatkan post yang membahas soal launching dan penjelasan singkatnya disini.

Nah saya hanya memakai concealer dan care gelnya saja, yuk cek review ku tentang care gelnya!


penampakannya

Pond's menggunakan box berwarna biru dan putih yang menurutku simpel dan gak terlihat murah (padahal harganya lumayan terjangkau). Terdapat penjelasan di depan dalam bahasa Inggris "membantu mengeringkan jerawat pada saat kamu tidur." dan bahasa Indonesia "Bekerja pada jerawat saat kamu tidur."

Sesuai dengan judulnya "overnight" produk ini digunakan dengan cara mengoleskan gel nya pada malam hari saat akan tidur dan pada pagi harinya jerawat akan mengering.




                           




Taraaa!! Gambar diatas setelah kardusnya dibuka, bentuknya pump praktis untuk mengeluarkan produk tanpa harus khawatir ngambil terlalu banyak, saya sendiri iseng membuka pumpnya...


yep, it's green
Ternyata saat dibuka gelnya berwarna hijau, baunya sedikit menyengat, mungkin seperti sabun dettol.



Gambar diatas ketika cairannya saya pump, dan saat ditangan tidak terlihat hijau, tapi bening.



sebelum memakai



setelah memakai
Karena warnanya bening, saat memakai tidak terlihat, mungkin cuma terlihat sedikit mengkilap saja, saya perhatikan beberapa jerawat (terutama yang mateng) pertama dioles rasanya sedikit sakit (nyelekit) tapi kalau yang belum matang tidak terasa apapun.


Saya buat tidur dan paginya jerawat saya sedikit mengempes! butuh sekitar 2-3 hari sampai jerawat benar-benar 'jinak' dan hilang, lebih cepat lagi kalau ditambah memakai concealernya, tapi kalau dibuat begadang tidak berpengaruh, apa memang kita harus tidur ya :/


What I like :

- It works! 
- Harga terjangkau
- Isi lumayan banyak
- Design nya bagus (Biru-putih)

What I don't like :
- Baunya yang sedikit menyengat mungkin gak cocok dengan beberapa orang (well not me).
- Harus dibuat tidur

Saya sangat suka dengan produk ini dan menggunakannya saat sedang berjerawat di malam hari, dan di pagi harinya saya terutama saat keluar rumah saya menggunakan concealernya, duo ini menjadi andalan saya dalam melawan jerawat.

Overall 4,5/5

Produk ini dapat dibeli di supermarket/hypermart 

Thanks for sticking up with my review, comment below so I know what you think!